Kembali Utuh

WineFoodStyle –  Malam yang begitu sunyi tidak ada bintang ataupun bulan yang tampak dilangit, semesta seolah sedang mengalami duka yang tidak berujung.

Jovan duduk di teras rumah seorang diri, dinginya angin malam tidak membuatnya beranjak dari sana. Entah apa yang ia sedang pikirkan, namun setiap malam ia selalu saja susah tidur.

Hema menuruni tangga untuk mengambil minuman di dapur, namun niatannya ia urungkan setelah melihat Ayahnya duduk seorang diri. Hema mengendap endap mendekati Jovan dan mengejutinya.

Hema memeluknya dari belakang bukanya terkejut Jovan malah menatap Hema dengan datar. Hema mengerucutkan bibirnya kesal karena rencananya gagal.

Jovan menyuruh Hema duduk disampingnya lalu, mengelus elus puncak kepalanya. Ia sangat gemas dengan Hema. Hema mengembangkan senyumannya jadi ini rasanya punya ayah hatinya sedikit menghangat.

Matahari menampakkan dirinya, menandakan hari sudah berganti. Jovan sibuk memasak makanan untuk para putranya itu. Hema datang terlebih dahulu ke meja makan dan membantu ayahnya menyiapkan makanan.

Setelah semuanya selesai Jovan menyuruh Hema untuk memanggil adik-adiknya. Belum sempat Hema beranjak dari sana namun Nolan dan Naran sudah menuju ke meja makan.

Jovan mengembangkan senyumannya lalu meyuruh mereka menikmati makanan yang telah ia buat. Naran tampak menikmati makanannya ia ingin mengatakan bahwa makanannya sangat lezat.

Baru saja ia ingin membuka mulut otaknya tiba tiba terputar kenangan waktu makan bersama mamahnya. Air matanya tiba-tiba keluar begitu saja, Jovan yang sadar akan hal itu segera menenangkan anaknya itu.

Jovan memeluk tubuh Naran menguatkan dirinya, Naran dengan ragu-ragu membalas pelukan Ayahnya itu hangat  yang ia rasakan. Berbeda dengan Nolan anak itu hanya diam saja dengan wajah datar.

Jovan merentangkan tangannya kepada Nolan menyuruhnya untuk bergabung ke pelukannya namun anak itu malah memilih pergi dari sana.

Sejak sepeninggalan mamahnya rumah ini tak lagi sama, tidak ada canda gurauan didalamnya. Hanya ada kesunyian dan luka yang membekas. Mereka tetap tinggal dirumahnya dahulu bersama Jovan, karena memang rumah itu atas nama Jovan.

Hema dan sikembar juga menyetujui hal tersebut, namun Nolan belum sepenuhnya bisa menerima Jovan. Nolan menjadi anak yang sangat pendiam. Hema berulangkali membujuk Nolan untuk berbagi cerita namun Nolan tetap memilih diam.

Hari ini Nolan memilih membolos sekolah ia memilih pergi ke makam mamanya. Nolan menaruh bunga mawar di makam mamahnya lalu berdoa. Nolan menatap makam mamahnya dengan sendu.

Ia bermonolog bertanya kepada makam mamahnya sebenarnya ia ingin memeluk ayahnya itu ia juga ingin merasakan kasih sayang seorang ayah namun, Nolan masih sangat trauma kehilangan mamahnya itu.

Naran tiba-tiba datang menepuk pundak kembarannya itu, ia mengatakan bahwa Nolan cemen tidak mau berbagi cerita kepadanya. Nolan menatap Naran dengan sinis, Naran selalu merusak suasa.

Naran menatap makam mamahnya lalu mengadu bahwa Nolan tidak sama lagi seperti dulu, Nolan juga sering membolos sekolah, Mamah harus memarahi Nolan. Nolan menatap kembaranya itu lalu mengatakan bahwa ia tukang cepu.

Naran menjulurkan lidahnya mengejeknya lalu berdiri, meninggalkan Nolan begitu saja.

Nolan masih merenung ditempat ia terngiang ngiang kata kata Naran tadi “ayah hanyalah manusia biasa yang jauh dari sempurna, seharusnya bukankah kita bersyukur bisa dipertemukan oleh Ayah di waktu yang tepat, jadi kita harus bisa berfikir lebih dewasa lagi”.

Hari sudah mulai gelap semua berkumpul di ruang tamu menonton sepak bola kecuali Nolan. Hema berteriak kegirangan karena tim yang ia dukung mencetak gol sedangkan Naran uring uringan karena Hema terus mengejeknya.

Jovan tertawa gemas melihat tingkah kedua anaknya itu, berkat mereka berdua rumah ini kembali hidup. Nolan berniat mengambil minum di dapur, ia tersenyum kecil melihat saudara-saudaranya terlihat bahagia.

Jovan yang tidak sengaja melihat Nolan menyuruhnya untuk bergabung, namun mengingat kejadian tadi pagi Jovan mengatakan bahwa ia akan pergi dari tempat ini jika Nolan merasa tidak nyaman.

Nolan terkejut apakah perbuatanya selama ini membuat ayahnya itu menjadi sakit hati yang begitu dalam. Nolan menghampiri Jovan lalu memeluknya ia meminta maaf dengan nada yang lirih namun, masih dapat di dengar oleh Jovan.

Jovan membalas pelukan Nolan dengan erat dan mengatakan terimakasih karena sudah mau menerimanya.

Pagi ini mereka bersiap siap untuk berlibur ke pantai, kemarin mereka sepakat akan berlibur karena hari ini adalah tanggal merah, itung itung juga untuk refresing.

Jovan menyuruh ketiga putranya untuk segera masuk kedalam mobil, serentak mereka semua sigap mengatakan “siap bos” membuat Jovan mengnembang senyumnya.

Cuaca hari ini sangat bagus tidak panas maupun mendung, mereka tampak menikmati lagu dari Aespa Next Level apalagi Naran menyanyikanya dengan nada yang sangat keras membuat Nolan menutup kupingnya rapat rapat.

Nolan mengatakan bahwa Naran ini jika disekolahan tampangnya saja yang cool namun, aslinya malah menyukai cewek cewek seperti nining aespa.

Jangan ditanya ia sangat menyukai AESPA bahkan kamarnya penuh dengan album mereka. Hema pun juga menimpali ia sangat heran kepada adiknya itu, kenapa bisa menyukai cewek cewek korea itu.

Sampai wallpaper hpnya juga ningning aespa. Naran berdecak sebal, dirinya terpojok lalu mengadu kepada Ayahnya itu. Hema dan Nolan bersamaan mengatakan bahwa Naran sangat manja membuat Jovan tertawa terbahak bahak.

Tidak terasa setelah perjalanan yang begitu panjang mereka sampai juga di pantai. Hema meregangkan tubuhnya menghilanghkan rasa jenuhnya. Naran lari terlebih dahulu kearah air pantai, Jovan memperinngatinya agar hati hati ia takut jika Naran terjatuh.

Belum 5 menit Jovan memperingati Naran sudah terpeleset membuat seluruh tubuhnya basah terkena air, Nolan segera menghampirinya namun, bukanya menghampiri Nolan malah menertawai Naran dengan puas.

Naran tidak terima ia mencipratkan air kepada Nolan lalu lari sekencang mungkin. Jika kalihan melihat sikembar seperti adik kakak yang paling bahagia di dunia ini. Hema dan Jovan memilih bermain pasir membuat istana seperti yang ada di kartun spombob,

Mereka juga pura-pura berperang membuat orang-orang disekitar bertanya sedang apa mereka. Naran bersembunyi dibalik tubuh Ayahnya yang bidang, Nolan sudah bersiap siap melempar bola tanah kepadanya.

Nolan kesal karena Adiknya itu selalu saja meminta pertolongan kepada orang lain.

Jovan menyuruh ketiga putranya itu duduk disampingnya untuk melihat matahari terbenam. Hema terkagum-kagum, langit terlihat sangat indah ia sampai berkali kali mengatakan WAW.

Karena baru pertama kali ia melihat hal seperti ini. Nolan mengatakan bahwa kakaknya itu kudet, Hema terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk belajar jadi, ia tidak bisa melihat dunia luar, Naran mengangguk angguk setuju.

Jovan menatap anak sulungnya itu, begitu banyak beban yang ia tanggung selama ini. Ia berharap kedepanya Hema dapat berbagi bebannya itu kepadanya tanpa ada rasa takut.

Hema tersenyum manis ia berjanji untuk tidak menyimpan rahasia seorang diri, ia juga sudah lelah selama ini banyak tuntuntan yang harus ia peroleh. Ia berharap kedepanya Hema menjadi anak yang lebih percaya diri.

Naran tiba-tiba ingin mengajukan pertanyaan kepada Jovan, ia ingin mengeluarkan unek-uneknya. Jovan mengangguk angguk ia sudah siap dengan apa yang akan Naran tanyakan.

Naran mengatakan dengan ragu-ragu, ia bertanya tentang apa yang terjadi sampai Jovan dan Mamahnya harus berpisah. Nolan menepuk bahu Naran memperingatkannya agar tidak menyinggung ayahnya itu.

Naran yang tersadar segera mengatakan maaf. Jovan tersenyum kecut pandanganya lurus kedepan, dadanya terasa sesak jika mengingat kejadian buruk dimasa lalu.

Namun, ia tetap harus menceritakan agar tidak terjadi salah paham diantara mereka. Jovan dan Yesha dulunya sangat saling mencintai namun, ibu Jovan tidak suka kepada Yesha karena dia sudah menjodohkan Jovan dengan perempuan lain.

Ibu Jovan selalu membanding-bandingkannya dengan perempuan itu, sampai suatu hari Jovan disuruh mengajak perempuan tersebut untuk makan malam bersama keluarganya, disitu Yesha sudah berfirasat buruk.

Ibu Jovan tidak menganggap sama sekali keberadaan Yesha namun, malah terus mengoceh dengan perempuan tersebut. Yesha sudah merasa lelah dan capek dengan semua ini.

Yeshapun memutuskan untuk berpisah dengan Jovan, tentu saja Jovan menolak namun, ia juga tidak tega kepada Yesha jika harus mengalami hal ini karena ibunya terus menerus mengancam keselamatan Yesha.

Jovan ahirnya memilih untuk pergi dari rumah dan pergi ke luar negeri. Jika saja waktu ia bisa lebih tegas pasti hal ini tidak akan terjadi.

Jovan menghela nafas dalam-dalam ia merasa lega telah mengeluarkan rahasia yang ia pendam selama ini. Jovan tersenyum manis manatap ketiga putranya itu satu persatu.

Hema memeluk Jovan dengan erat pasti sangat berat untuk ayahnya selama ini. Sikembar juga ikur memeluk jovan dengan erat, Jovan berharap semoga kedepanya mereka bisa lebih bahagia bersama sama, tumbuh jadi anak yang baik dan cerdas.

Dia membatin dalam hati pasti Yesha tersenyum bahagia di atas sana melihat putranya tumbuh jadi anak yang hebat.

You May Also Like

About the Author: administrator

Leave a Reply

Your email address will not be published.