WineFoodStyle – Ayam berkokok pagi ini membangunkan tidurku. Rintikan hujan menambah suasana dingin didalam kamar tidurku.
Aku lihat sisi kanan terlihat dari jendela rintikan hujan yang jatuh diatas dahun talas. Matahari enggan menampakan dirinya. Aku tarik selimut, tetapi jam menunjukan pukul 04.30.
Aku sangat mengantuk saat itu, karena malam itu aku harus bergadang mengerjakan tugas matematika dari bu tanti. Terdengar langkah kaki yang menju kamarku.
“Monaa bangun sholat subuh nak” kata ibu. Ya itu ibuku, ia adalah alarm pagi yang selalu membangunkan ku. Ibukku selalu membangunkan ku untuk pergi kesekolah ataupun untuk sholat subuh.
Aku pun terbangun dari tidurku. Berjalan menunju kamar kecil untuk mengambil air wudhu dan menjalankan ibadah. Seperti biasa sebelum aku bangun ibukku selalu menyediakan makanan.
Diatas meja makan pun sudah tersedia berbagai lauk menu sarapan. Pagi ini hari senin rasanya tidak bersemangat untuk pergi kesekolah. Harus berangkat lebih pagi, karena aku adalah petugas upacara hari ini.
Waktu menunjukan pukul 06.00 dan aku pun harus berangkat dengan cepat ke sekolah karena pagi ini harus datang lebih pagi.
Ibukku selalu berpesan agar selalu sarapan ketika pagi, tetapi pagi ini aku tidak sempat . Akupun pergi tanpa menyentuh makanan yang dimasak ibukku pagi itu.
Aku juga tak sempat berpamitan kepada ibukku, karena ibukku harus pergi ketempat kerja lebih pagi dari biasanya.
Aku datang tepat waktu ke sekolah sebelum bel berbunyi.
Upacara pagi itu berjalan dengan lancar tanpa ada kesalahan dan aku pun bersyukur dapat menjalanklan kewajibanku hari ini. Bel berbunyi waktunya jam istirahat, aku tidak memakan bekal yang diberikan ibukku tadi dan memilih untuk membeli jajanan dikantin.
Jam menunjukaan pukul 4 sore waktunya pulang sekolah. Suasana siang ini sangat berbanding terbalik dengan pagi tadi. Siang ini matahari seaakan akan dua jengkal diatas kepalaku.
Dengan membawa tas yang berat Aku pun menunggu angkot yang biasa ku tumpangi datang. Ketika aku menunggu angkot dipinggir jalan tiba-tiba datang seorang kakek dengan berbaju coklat pun memberikan aku sebotol air putih.
” ini buat kamu nak” kata kakek itu dengan menyodorkan botol air putih. ” Terima kasih banyak kek” kata ku. Air putih itu menghilangkan rasa haus ditenggorokanku.
Saat angkot yang aku tunggu pun datang, Aku dan kakek itu pun naik diangkot yang sama. Ada aku dan kakek itu didalam angkot itu.
Kakek berseragam coklat itu nampak kelelahan.”Sekolah dimana nak ” tanya kakek itu kepadaku. ” SMA Harapan Bangsa kek. oh iya terimakasih banyak ya kek air putihnya” kataku sambil tersenyum kepada kakek.
Tiba -tiba di pertengahan jalan kita melewati kabut tebal seperti orang yang sedang membakar sampah. Dan setelah itu melewati sebuah desa yang terlihat seperti zaman dahulu dengan jalanan yang sangat terjal tidak seperti jalan yang biasa aku lewati setiap hari.
Yang seingatku ku pun belum pernah melewati jalan itu. Sebelum sampai rumah, supir angkot yang aku dan kakek tumpangi pen berhenti mendadak sehingga kepalaku pun terbentur kaca angkot.
Ternyata di depan ada sesosok laki-laki yang bertubuh tinggi besar menghentikan angkot yang kita tumpangi. Segerombolan laki-laki bertubuh tinggi besar dan berambut pirang seperti orang eropa itu membawa senjata api.
Mereka pun masuk ke angkot yang berisi aku dan kakek berbaju coklat itu .Ternyata mereka masuk keangkot kita dan menyodorkan senjata api itu.
Mereka menyeret kakek dengan paksa dan bergegas pergi dari angkot, anehnya mereka seperti tidak mengetahui keberadaanku disitu, seolah-olah yang ada dalam angkot itu hanya sang kakek itu saja.
Alangkah terkejutnya aku mengetahui apa yang aku lihat itu. Aku pun memanggil manggil kakek itu dan berusaha untuk menolong kakek. Tetapi kakek itu dibawa paksa oleh segerombol pria yang menghadakan kami di tengah jalan tadi.
Mereka berjalan dengan cepat membawa kakek pergi. Aku pun bergegas turun dan mengejar orang-orang yang membawa kakek.
Aku mengikuti mereka dengan sembunyi-sembunyi sampai ditempat yang aku sendiri belum tau dan asing di tempat itu.
Sesampainya disebuah perkampungan yang bangunan di desa itu sangat kuno dan seperti bangunan zaman dahulu.
Tidak hanya bangunan nya saja orang-orang yang ada disana pun masih menggunakan pakaian kuno. Mereka menatapku dengan tatapan yang asing. Menatapku seperti aku datang dari masa depan.
Aku pun mengikutinya sambil mengumpat dibalik sebuah pohon beringin yang besar. Dari sudut kanan aku melihat apa yang dilakukan segerombolan orang-orang itu.
Aku pun salah fokus ke seragam yang dikenakan oleh salah satu prajurit tentara yang membawa kakek itu, ada bendera belanda. Aku mulai heran dan bingung apa yang aku lihat itu.
Setelah berselang lama datang pasukan tentara itu membawa orang-orang perkampungan yang kutemui dijalan tadi dengan paksa. Aku mulai heran dan kebingungan apa yang dilakukan orang orang itu.
Dan aku melihat orang-orang berbaris dengan raut wajah ketakutan dan di dalam barisan itu, terdapat kakek yang satu angkot dengan ku tadi. Ketika aku ingin memberanikan diri untuk menyelamatkan kakek dan orang-orang itu, ada hal yang membuatku ketakutan.
Ketika aku ingin melangkah tiba-tiba ada suara senapan yang sangat jelas terdengar dan terikan orang-orang. Ternyata orang-orang yang dibarisan itu ditembak satu persatu.
Seketika badanku berkeringat dingin aku takbisa berkata kata lagi. Aku sangat ketakutan melihat orang-orang yang tertembak dan darah bercucuran dari kepala mereka. Mereka seperti menyembunyikan suatu rahasia yang tak ingin mereka katakan sehingga orang-orang itu ditembak satu persatu.
Aku juga tidak terlalu mendengar apa yang mereka bicarakan. Tetapi dilihat dari raut wajah mereka sangat menyimpan rahasia, hingga mereka rela ditembak oleh para prajurit tentara. Aku melihat kakek yang kutemui tadi ditembak oleh tentara itu.
Air mataku pun tak terbendung lagi melihat kejadian ini. Tak hanya itu siksaan yang kulihat hari itu, aku melihat orang orang yang ditembak hingga tewas tadi dimasukan kedalam sebuah lubang.
Para pasukan tentara itu memasukan orang-orang itu kedalam satu lubang seperti sumur yang sangat dalam tanpa rasa manusiawi sama sekali, dan termasuk kakek itu.
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi kali ini. Aku sangat ketakutan apa yang aku lihat tadi. Tangan dan badanku keringat dingin.
Aku menenangkan diri ku di balik pohon beringin. Setelah itu aku beranjak dari sana dan ingin pulang, karena langit sudah mulai gelap.
Jalanan yang ku lalui sangat gelap hanya penerangan obor saja didepan rumah rumah warga. Jalanan malam itu sangat sepi dan sunyi membuat ku merinding.
Tiba-tiba dari belakangku ada yang meneriakku. “Haii sini kamuuu” sambil berteriak keras. Seketika aku pun membalikkan badan dan apa yang membuatku terkejut adalah ternyata orang yang memanggilku dari belakang adalah segerombol orang yang membunuh dan menembak kakek dan warga lain tadi.
Dengan rasa ketakutan aku pun lari, tak ada satu orang pun yang bisa aku mintai pertolongan. Karena di desa itu takut dengan segerombolan tentara yang mengejarku. Segerombol tentara itu mengejarku sampai disebuah hutan yang menakutkan.
Aku sangat lelah karena lari begitu jauh dari perkampungan itu, aku pun terpeleset dijurang yang dalam. Aku tak sadarkan diri beberapa menit. Ketika aku bangun aku sangat kaget ternyata aku terbangun dari tidur didalam angkot.
Ternyata yang membangunkan ku adalah kakek yang ada di angkot bersamaku.
Kakek itu pun berkata “belajar yang rajin jangan malas-malasan ya nak, anak muda itu penerus bangsa, kejar cita- cita biar kakek doakan pasti kamu jadi orang dimasa depan nanti..Kalau gitu kakek turun dulu ” sambil menepuk nepuk pundakku.
“iya kek terimakasih hati-hati kek” kataku. Mendengar apa yang kakek ucapkan kepadaku, aku pun termotivasi. Selalu mensyukuri apa yang ada dan berusaha menjadi lebih baik kedepanya.
Tak lama kakek itu turun sopir angkot berkata “sudah sampai nak” kata sopir angkot. “Iya pak “ kata ku. Aku pun turun dari angkot dan kembali kerumah.
Kubuka pintu rumah yang masih terkunci rapat ternyta ibukku belum pulang. Akupun segera memasakan makanan untuk ibukku.