WineFoodStyle – Disebuah tempat di pinggiran kota terdapat Gedung sekolah yang kini tengah terbengkalai dan tidak terawat.
Sekolah yang berada di tengah kawasan pemukiman penduduk dan memiliki akses ke jalan raya. Sekolah yang dulunya memiliki sarana dan prasarana yang sangat memadai kini hanya tinggal puing – puing bangunan.
Sekolah yang kini sudah tidak terawat, kondisi bangunan rusak dan berlumut. Di sekitar bangunan ini sudah di tumbuhi rumput ilalang yang sangat tinggi dan hampir menutupi sebagian bangunan utama.
Terdapat pohon beringin yang menambah kesan angker dan mistis. Sekolah ini dulunya bernama SMP Bhakti Kencana dan memiliki 2 lantai di Gedung belakang. Sekolah memiliki banyak sekali ruangan yaitu ruang kelas 7, 8, 9 yang masing – masing memiliki 9 ruangan.
Selain ruang kelas terdapat ruang laboratorium, ruang tata boga, ruang computer, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang secretariat atau tata usaha, perpustakaan, Gudang olahraga, ruang unit kesehatan siswa, kamar mandi dan ruang seni yang berada di lantai 2.
Sekolah ini juga mempunyai Gedung rapat dan aula theater yang berada di luar bangunan, dulunya Gedung ini sering di pakai warga untuk melakukan kegiatan dan rapat.
Sekolah ini ternyata sudah terbengkalai kurang lebih 15 tahun. Sebelum terbengkalai dan tidak terawat sekolah ini dulunya dirawat oleh bapak tua bernama pak Darmo selama 5 tahun.
Pak Darmo bukan asli warga sekitar, ia adalah perantau yang sedang mencari pekerjaan. Suatu hari pak Darmo sedang berjalan, sambil mencari pekerjaan serabutan dan menunggu belas kasihan orang untuk ia makan.
Kondisi cuaca sekitar tidak memungkinkan pak Darmo untuk berjalan lagi, karena sedang gerimis dan langit sangat gelap. Ia menemukan sebuah pendopo untuk beristirahat dan meneduh.
Pendopo itu adalah Aula terbuka sekolah Bhakti Kencana, saat itu sekolah sedang libur dan tidak ada kegiatan. Pak Darmo beristirahat disana dan tertidur sangat lelap, karena ia berjalan cukup jauh tadinya.
Tiba–tiba pak Darmo merasa ada yang memanggilnya dan menepuk–nepuk lengannya “pakkk… pakk.. bangun pak…, hujannya deras pak…”. Pak Darmo langsung terbangun dan mendapati pria muda bersimpuh di depannya.
Pria muda itu meminta maaf kepada pak Darmo karena mengganggu tidur lelapnya. Pria itu menjelaskan bahwa hujan semakin deras dan udara semakin dingin. Jam 2 siang yang biasanya masih panas kini berubah menjadi petang.
Pria muda itu bernama Nasukin, ia merupakan salah satu warga sekitar yang rumahnya berada di samping sekolah dan posisi dapurnya menghadap ke lapangan tengah sekolah.
Nasukin berusia 28 tahun, ia merupakan petugas kebersihan sekolah ini dan sebagai penjaga sekolah ini. Nasukin sudah menikah dan memiliki 1 anak gadis yang cantik bernama Anjela.
Saat itu istri dan anaknya sedang berada di rumah orang tua istrinya. Nasukin baru saja membeli rumah dekat sekolahan itu, jadi anak dan istrinya tidak ikut dengannya.
Nasukin mengajak pak Darmo untuk pergi kerumahnya. Sebelumnya, pak Darmo tidak mau ikut dengan Nasukin karena takut merepotkan dan menimbulkan fitnah membawa orang asing kerumahnya.
Nasukin terus membujuk agar ikut kerumah dan akhirnya pak Darmo mau ikut dengan Nasukin. Sesampainya di rumah Nasukin, ia menyuruh bapak itu mandi dan berganti pakaian kering.
Saat itu baju pak Darmo sedikit basah terkena air yang menampu di aula sekolah tadi. Selama pak Darmo mandi dan berganti pakaian kering, Nasukin membuat 2 kopi panas dan menyuguhinya pisang dan umbi goreng yang masih hangat dan baru ia masak tadi sebelum pergi kesekolah.
Disana Mereka saling bercerita, awalnya Nasukin ingin mengecek kondisi kelas yang mungkin saja kebocoran atapnya. Karena hujan kali ini sangat deras di sertai angin lebat, kondisi bangunan yang sudah sedikit tua dan masih dalam tahap renovasi.
Saat itu Nasukin berjalan menuju sekolah untuk membuka gerbang sekolah yang terkunci. Karena hujan sangat deras membuat kunci induk (gembok) sulit di buka. Ia berusaha membuka gembok tersebut dan akhirnya bisa membuka gerbang.
Ketika menutup gerbang, mata Nasukin terfokus di aula terbuka sekolah. Ia seperti melihat punggung orang tertidur miring, hujan yang sangat deras bercampur angin membuat penglihatannya sedikit kabur.
Nasikin bergegas mengecek semua ruangan yang berada di sekolah terlebih dahulu, selesai mengecek semua ruangan ia pergi pulang dan tergesa melihat sesuatu yang berada di aula luar sekolah tadi.
Apakah benar orang atau bukan, sebelum keluar dari sekolah masih mendapati ada sesuatu disana apa sudah pergi. Ternyata ia masih mendapatinya, langsung ia keluar sekolah dan mengunci gerbang lalu menuju aula terbuka.
Sesampainya disana ternyata benar itu adalah bapak–bapak yang sedang tertidur yaitu pak Darmo. Pak Darmo tersenyum dan berterima kasih karena sudah berbaik hati menolongnya.
Pak Darmo bercerita kepada Nasukin bahwa ia sedang merantau untuk mencari pekerjaan. Pak Darmo baru saja di usir dari kontrakan karena tidak sanggup lagi membayarnya, untuk makan saja ia susah.
Pak Darmo tidak memiliki istri dan anak, ia memiliki saudara namun tidak mengetahui perginya kemana. Orang tua pak Darmo sudah meningggal 1,5 tahun yang lalu.
Dulu sebelum orang tuanya sakit dan meninggal, ia tinggal di rumah milik orang tuanya. Ketika orang tuanya sakit, sangat membutuhkan banyak biaya dan mengharuskan mereka menjual rumah dan tanah.
Dari penjualan rumah dan tanah masih tersisa sedikit, mereka menggunakannya untuk mengontrak dan memenuhi kebutuhan sehari – hari. Selama mengontrak pak Darmo bekerja sebagai tukang parkir dan penghasilannya tidak tetap.
Padahal waktu itu uangnya sudah menipis dan harus membayar kontrakan yang sudah menunggak 3 kali. Pak Darmo akhirnya mengutang kepada rentenir untuk membayar kontrakan dan menebus obat orang tuanya.
Pada akhirnya orang tua pak Darmo meninggal dengan selisih 7 hari. Pak Darmo terlilit utang dan tidak bisa membayar kontrakan. Barang-barang peninggalan orang tuanya disita oleh rentenir dan ia di usir dari kontrakan.
Pada saat itu ia memang tidak bekerja karena sibuk mengurus orang tuannya. Setelah di usir dari kontrakan dan tidak memiliki benda berharga, ia memutuskan untuk merantau mencari pekerjaan dan bertahan hidup di teras toko untuk beristirahat.
Selama merantau ia bekerja serabutan, jika tidak ada pekerjaan ia tidak makan. Terkadang untuk makan ia dapat dari belas kasihan orang lain. Untuk mandi ia mencari bilik mandi atau sumber air terdekat.
Setelah bercerita Nasukin menawari pak Darmo agar tinggal bersamanya sambil mencari pekerjaan tetap. Lagi-lagi pak Darmo menolaknya karena takut merepotkan apalagi ia masih susah mencari pekerjaan.
Nasukin terus membujuk pak Darmo, ia tidak perlu memikirkan kebutuhan hidupnya. Nasukin membantu pak Darmo dengan ikhlas. Pak Darmo meng-iyakan Nasukin dan menganggapnya sebagai anak sendiri.
Suara adzan terdengar, hujan sudah sedikit reda. Mereka pergi ke masjid untuk melaksanakan ibadah jamaah. Letak masjid tidak jauh dari rumah Nasukin, bisa di tempuh dengan jalan kaki.
Saat selesai melaksanakan sholat dan hendak pergi, mereka kebetulan bertemu dengan pak RT dan takmir masjid tersebut di halaman masjid. Nasukin memperkenalkan pak Darmo dan meminta ijin agar pak Darmo bisa tinggal di rumah Nasukin.
Saat menceritakan tentang pak Darmo, tib-tiba pak Heri selaku takmir masjid menawari pekerjaan kepada pak Darmo agar menjadi marbot masjid ini. Kebetulan marbot masjid ini sedang pulang kampung dan ia ijin untuk tidak kembali lagi karena mengurus keluarganya.
Pak Darmo yang mendengar ini langsung bersujud dan berterimakasih telah menerima dengan baik di kampung ini. Pak Heri juga meminta kepada pak Darmo agar besok pagi sudah bisa mulai bekerja dan nanti akan ia bimbing.
Pak Darmo sangat senang sekali dan tidak menyangka bahwa semesta akan berpihak kepadanya kali ini. Pak Heri dan pak RT berpamitan kepada mereka terlebih dahulu karena langit sudah mulai petang lagi, pertanda hujan akan datang deras lagi.
Sebelum mereka beranjak pulang, Nasukin menawari pak Darmo ingin makan apa. Pak Darmo memilih untuk ikut saja dengannya.
Akhirnya selesai dari masjid, mereka pergi membeli lauk pauk dan sayur matang, karena tadi dirumah hanya tinggal nasi saja. Sesampainya di rumah mereka langsung makan dan pak Darmo masih tidak percaya dengan hal tadi.
Nasukin menyakinkan dan untuk pakaian muslim ia menawarkan pakaiannya. Setelah 6 bulan mengabdi di masjid, pak Darmo di pindahkan ke sekolah untuk menemani Nasukin.
Bapak yang menemani Nasukin selama di sekolah kali ini sedang sakit dan harus berhenti. Pekerjaan pak Darmo juga masih sama yaitu sebagai penjaga kebersihan sekolah atau marbot sekolah.
Masjid yang ia tinggalkan kini sudah di urus dan di rawat oleh pemuda karang taruna. Namun, ketika pekerjaan di sekolah sudah selesai ia meluangkan waktu untuk melihat kondisi masjid tersebut.