WineFoodStyle – Di daerah dataran tinggi kawasan perkebunan teh terdapat sebuah kampung bernama Mekar Asri. Kampung yang masih asri dan tidak tercemar limbah dan polusi.
Masyarakat mayoritas bekerja sebagai petani daun teh. Gotong – royongan dan sikap santun masih terjaga disini. Kampung yang berada di tengah perkebunan teh yang memiliki pegunungan, lembah, dan danau.
Pagi ini masih gelap, para petani teh berbondong – bondong berangkat ke kebun untuk berkerja. Dengan pakaian tebal, bermantel plastik, bersarung tangan, bersepatu boot selutut, dan membawa keranjang di punggung untuk menjaga mereka dari hawa dingin dan gerimis ketika berada di atas.
Cuaca dingin dan berkabut sangat terasa, wanita tomboy berambut panjang masih tertidur pulas menggunakan selimut berlapis dengan rambut acak – acakan menutupi muka.
Kamar yang sangat gelap dan tidak ada celah cahaya matahari untuk masuk selain jendela kayu di buka. Ia masih menikmati mimpi panjangnya dan berhibernasi pikirnya.
Tiba – tiba di kamar wanita itu terdengar kebisingan yang berasal dari dapur, karena ibunya yang sedang memasak untuk sarapan nanti. Kebisingan ini langsung membangunkan wanita tomboy, dengan wajah kesal dan setengah sadar ia langsung menuju ke dapur.
Sampai dapur ia langsung berceletus “apasihh… bu berisik banget pagi – pagi”. Ibu yang mendengar ucapannya langsung tertawa kecil. Wanita ini langsung pergi menuju kamar lagi untuk melanjutkan tidurnya.
Dengan jalan sempoyongan karena masih setengah sadar ia menabrak tembok dan kursi. Namun hal itu tidak membuatnya sadar dari tidurnya, ia hanya menggerutu saja. Sesampainya di kamar, ia langsung membaringkan tubuhnya dengan keras “Brakhhkkk….krtkrtttkrt…”.
Ibu yang di dapur bersama kakaknya mendengar suara tersebut langsung menuju depan, ternyata suara itu bersumber dari kamar wanita tomboy ini. Ibu dan kakaknya yang berdiri di depan pintu kamarnya saling bertatapan, menggeleng – gelengkan kepala.
Mereka sudah tidak heran lagi dengan tingkah lakunya kalo sedang libur sekolah seperti hari ini.
Wanita tomboy itu bernama Rachelia Amanda, nama yang menggambarkan kepribadian cantik, tutur kata halus, dan pendiam.
Namun hal ini tidak berada pada dirinya, wanita berkulit putih langsat, memiliki lengsung pipi dan gingsul yang akrab di panggil Rahel oleh keluarga dan orang – orang disekitarnya.
Rahel berkepribadian seperti laki – laki tapi ia masih mau berambut panjang dan memakai poni. Pakaiannya sehari – hari menggunakan kaos pendek, celana jeans selutut, dan bersepatu sporty.
Rahel sangat tomboy dari kecil, setiap kali ibunya memakaikan baju bermodel cewek ia selalu melepas dan membuangnya. Rahel memiliki sifat cuek dan keras kepala seperti ayahnya.
Meskipun wanita, ia sangat berani hingga membuat teman – temannya takut dan nurut kepadanya. Rahel sangat hobby bermain sepak bola, basket, dan lari. Dengan hobbynya ini membuat ia sering berprestasi dalam bidang non akademik.
Karena prestasinya ini ia menjadi ketua tim (kapten) dan menjadi pelatih tim laki – laki di sekolahnya. Meskipun sangat berprestasi di bidang non akademik, ia tidak ketinggalan materi akademiknya.
Dari ketiga hobby tersebut ia sangat menggemari basket, hobby yang dapat mengubah moodnya setiap hari. Hobby basket ini ia pelajari sejak duduk di kelas 4 Sekolah Dasar, karena cita – citanya ingin seperti idolanya pebasket handal yaitu Michael Jordan.
Rahel sangat mengidolakannya, ia sering berlatih dan bermain sendiri dengan mempelajari teknik – teknik yang ia baca di buku dan internet. Orang tuanya sangat mensupport hobby Rahel namun terkadang mereka melarangnnya karena ia tidak kenal waktu dan lelah untuk berlatih.
Rahel sekarang hidup bersama ibu dan kakaknya di rumah peninggalan ayahnya. Sebelumnya ia hidup bersama keluarganya di sebuah apartemen mewah dikota besar. Waktu itu usaha ayahnya di kota mengalami gulung tikar (bangkrut) karena di tipu oleh rekan kerjanya.
Ayah Rahel bernama pak Darma, sifatnya sama seperti Rahel bedanya ketika marah ia selalu bermain tangan. Pak Darma berkerja sebagai kepala perusahaan di bidang property yang ia rintis sendiri dari bawah.
Rumah yang saat ini rahel tinggali adalah awal perjuangan pak Darma. Rumah yang beratas namakan ibu Rahel yaitu bu Kirana ini adalah hadiah perkawinannya.
Apartemen yang mereka tinggali dulu adalah bukti kesuksesan pak Darma. Keluarga yang dulunya sangat harmonis, berubah menjadi banyak percecokan.
Usaha pak Darma untuk membangkitkan perusahaannya tidak tanggung – tanggung. Ia menjual semua asset yang ia miliki dan sebagian modalnya ia berhutang ke bank.
Namun lagi – lagi ia di tipu oleh rekan kerjanya. Padahal rekan kerjanya ini merupakan sahabatnya dari kecil namun baru bertemu ketika sudah sukses. Uang perusahaan hilang di bawa kabur sahabatnya.
Pak Darma sudah tidak memiliki harta yang tersisa. Mereka kembali ke kampung halaman untuk tinggal dan memulai usaha baru bersama.
Rahel yang waktu itu baru masuk Sekolah Menengah Pertama harus pindah sekolah, kakaknya yang masih kuliah harus sekolah dan bekerja untuk membiayai hidupnya selama kuliah.
Di kampung bu Kirana kembali membuka usahanya menjahit pakaian untuk menyambung hidup. Bu Kirana merupakan lulusan tata busana, sebelum menikah ia sering mengikuti kompetisi dan menjual berbagai desain baju.
Perlengkapan menjahit serta desain dan contoh baju yang bu kirana desain masih ada dan utuh. Rahel yang masih sekolah, setiap pulang sekolah ia membantu ibunya mengantar jahitan yang sudah jadi dan menyiapkan pesanan yang harus dikerjakan dahulu.
Saat bu Kirana sibuk mengumpulkan keuntungan – keuntungan untuk membangkitkan usaha properti pak Darma. Keadaan pak Darma malah makin kacau dan depresi karena merasa bersalah kepada keluarga dan banyak hutangnya, ia sering pulang malam dan berbau alkohol.
Hal ini membuat bu Kirana dan pak Darma sering bercekcok dan bertengkar setiap pagi dan malam hari. Rahel yang mendengar sering memisahkan mereka namun ia juga sering terkena tamparan dan pukulan dari ayahnya.
Saat itu memang kakaknya tidak berada di rumah karena sedang kuliah dan mengharuskan keluar kota. Sifat yang dahulu sebelum pak Darma sukses kembali lagi. Sifat bu Kirana yang sabar dan lebih memilih mengalah membuat Rahel sering kesal dengan tingkah laku ayahnya ini.
Di keluarga ini yang paling berani menentang pak Darma adalah Rahel. Hal yang terjadi di rumahnya tidak membuat Rahel untuk putus sekolah atau merasa depresi karena kurang kasih sayang orang tua.
Rahel yang memiliki sifat cuek tetap menjalani kehidupan seperti biasanya tanpa ada rasa beban di hidupnya. Rahel juga masih sering berprestasi di sekolahnya meskipun begitu ia juga pernah masuk ruang BK (Bimbingan Konsleting) karena pernah bertengkar dengan kakak kelas.
FLASBACK ON
Saat kelas 2 Sekolah Menengah Pertama, di sore hari ketika Rahel baru pulang dari sekolah. Hujan turun sangat deras, kilat menyambar dan sedikit berkabut.
Ia tidak mengira bahwa sore ini akan turun hujan sangat deras yang disertai kilat. Rahel tidak membawa jas hujan atau payung, ia sebenarnya ingin berteduh dahulu di sekolah menunggu hujan sedikit reda namun hujan malah semakin deras.
Sekolah sudah sepi tinggal satpam dan 3 murid cowok yang baru saja berlatih basket dengannya. Hari sudah mulai gelap karena mendung begitu tebal, ia memutuskan untuk hujan – hujanan dan meninggalkan tas dan sepatunya di loker.
Setiap hari ia pergi kesekolah jalan kaki namun jika ibunya ingin ke pasar, mereka akan pergi bersama menggunakan angkot dan berangkat lebih pagi dari biasanya. Di rumahnya hanya ada sepeda gunung milik pak Darma, namun Rahel tidak bisa naik sepeda dari kecil.
Ia setiap di ajari naik sepedah selalu terjatuh dan malam hari demam. Selama di perjalanan ia berusaha berhati – hati karena, jalan yang dilalui licin, berbatu, dan menanjak.
Saat sedang menyibakkan poninya yang lepek terkena air hujan dan menutupi mata, ia melihat ada katak yang melompat. Rahel sangat takut dan jijik dengan hewan katak. Dengan kagetnya ia berteriak “Aaaa…aaa…pergiii..pergiii..” sambil mengibas – kibaskan tangan dan kakinya.
Posisi Rahel berada di anak tangga kebun teh, tentu saja tanahnya licin. Rahel langsung jatuh terpeleset dan keninggnya terbentur batu. Ketika terbentur ia masih sadar hanya merasakan pusing namun ia tidak menyadari bahwa darah menetes dari keningnya.
Rahel hanya mengusap sambil menyibakkan rambutnya karena di pikir itu air hujan yang menetes. Ia langsung terbangun dengan wajah kesal dan melihat bajunya yang basah dan kotor dengan lumpur.
Ketika hampir sampai rumah ia baru merasakan perih di keningnya. Waktu itu bu Kirana dan pak Darma berada di ruang tamu sedang bercekcok karena Rahel sudah jam 5 sore belum juga di rumah.
Sesampainya di teras rumah, Rahel mendengar percecokan itu langsung mendobrak pintu. Dengan nada keras dan lantangnya rahel menyaut ucapan pak Darma, pak Darma yang sama kerasnya dengan rahel beradu mulut.
Pada akhirnya tangan pak Darma mendarat tepat di pipi Rahel “Plakkk…plakk..” dengan kerasnya sampai kepala rahel menoleh. Padahal bu Kirana sudah membujuk Rahel agar tidak ikut campur.
Setelah mendapatkan tamparan dari ayahnya ia langsung pergi berlari meninggalkan rumah sambil menangis. Bu Kirana berteriak “ cukup pak…”, “Rahelll… mau kemana nak…”. Rahel tidak mendengar teriakan ibunya, karena hujan turun sangat deras.
Ia terus berlari dan Tanpa di sadari, Rahel berlari menuju tengah hutan. Saat berlari tiba – tiba ia tersandung akar pohon dan terjatuh, dari situ ia baru sadar bahwa sudah jauh dari rumah dan berada di tengah hutan.
Rahel bingung suara petir semakin keras, ia sudah merasa lelah dan harus berteduh dimana malam ini. Rahel berjalan lebih ke dalam hutan lagi dan dia melihat dari ke jauhan di balik semak – semak terdapat rumah pohon.
Sesampainya di rumah pohon ia langsung memanjat anak tangga meskipun sedikit licin. Rumah pohon ini bisa untuk berteduh namun tetap saja hawa dingin tetap menembus di badannya.